Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

LEBIH DARI VALENTINE

Dilansir situs History, hari kematian St. Valentine pada tanggal 14 Februari adalah awal mula dirayakannya Hari Valentine setiap tahun. Valentine berasal dari kisah pendeta di Roma pada abad ketiga bernama Santo (St.) Valentine. Pada masa itu, Kaisar Claudius II melarang pernikahan untuk pria yang masih berusia muda. Alasannya, pria lajang dianggap lebih baik dijadikan prajurit dari pada menikah dan memiliki keluarga. Namun, Pendeta St. Valentine menentang keputusan Kaisar Claudius II karena dianggap tidak adil. 

Valentine secara rahasia kemudian menyelenggarakan prosesi pernikahan pasangan muda hingga akhirnya perbuatan itu diketahui oleh Claudius. Atas perbuatannya, Valentine lantas dihukum mati pada 14 Februari 270 masehi. Atas aksi berani St. Valentine dalam memperjuangkan hak cinta kasih pasangan muda itulah, setiap tahun ia dihargai perjuangannya dengan perayaan Valentine Day setiap tahunnya.

“Orang-orang yang saling berkasih sayang akan disayang oleh Dzat yang maha penyayang. Maka sayangilah penduduk bumi maka Allah yang berada di atas langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud, No. 4941).

Kisah-kisah sahabat sering kali diselimuti dengan cerita cinta dan kasih sayang. Perasaan cinta kasih adalah satu di antara sekian banyak nikmat yang Allah berikan dalam diri manusia, dan begitulah sejatinya Islam, agama cinta dan kasih. Bukan hanya berkasih sayang sesama manusia, Islam juga mengajarkan kita untuk mencintai seisi bumi. Hewan, tumbuhan, dan alam semesta, sebagai bentuk representasi kecintaan kita pada Sang Kuasa.

Saat ini cinta seringkali dimaknai dengan sempit, hanya tentang hubungan laki-laki dan perempuan. Bahkan aktualisasi dari rasa cinta yang indah itu tidak sesuai dengan maknanya, cinta yang sering ditemui saat ini justru adalah perasaan yang berujung pada kehancuran, dan sesuatu yang ketika dijalani maka ia penuh dengan kekhawatiran dan rasa was-was. Sungguh, bukan cinta seperti itu yang diselipkan Sang Khaliq dalam segumpal daging kita.

Sudah banyak cerita yang berakhir tidak baik karena tidak tepat dalam memaknai cinta. Jangan beri celah bagi setan untuk mengotori rasa indah itu, jangan biarkan cinta berubah menjadi nafsu. Saat hati kita digerogoti ambisi dan akal tak lagi mampu berpikir jernih, percayalah bahwa itu bukan cinta. Karena cinta tak pernah berujung kecewa.

Ada banyak kisah cinta yang perlu kita tadaburi, kisah yang datang dari para insan terkasih di muka bumi. Seperti kisah masyhur milik Salman (sahabat yang berasal dari Isfahan, Persia) yang mendatangi Abu Darda’ untuk meminta bantuan, menemaninya mengkhitbah salah satu wanita dari kalangan penduduk Madinah. Abu Darda’ tentu dengan senang hati membantu sahabatnya, mereka mendatangi rumah wanita yang dimaksud Salman, Abu Darda’ kemudian menyampaikan hajat mereka pada orang tua sang wanita. Seperti yang diajarkan Rasulullah, sang ayah meminta waktu untuk bertanya pada putrinya, dan jawabannya sungguh di luar dugaan. Putrinya menolak lamaran Salman Al Farisi, sahabat Nabi yang dimuliakan dengan Islam, yang tergolong dekat dengan Rasulullah. “Namun, karena kalian berdualah yang datang dan mengharap ridha Allah, saya ingin menyampaikan bahwa putri kami akan menjawab iya jika Abu Darda’ memiliki keinginan yang sama, seperti Salman,” kata ibu si wanita salihah idaman Salman yang diinginkannya untuk menjadi istri. Namun, justru wanita itu memilih Abu Darda’, yang hanya menemani Salman.

Sudah pasti dua sahabat ini terkejut mendengar apa yang disampaikan, namun, mari kita lihat bagaimana respon Salman. Pria pada umumnya tentu akan merasakan sakit hati yang mendalam, perasaan tidak diterima, dan tentu butuh banyak waktu untuk mencerna dan akhirnya mampu menerima kenyataan. Salman memang bukan pria pada umumnya, dia adalah satu di antara banyak sahabat yang berhati lapang, yang mampu memaknai cinta dengan begitu mahal. “Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan akan kuberikan semua kepada Abu Darda’. Aku juga akan menjadi saksi pernikahan kalian,” ujar Salman setelah mengucap takbir dengan wajah girang. Maka ini adalah kisah cinta Salman dan Abu Darda’, bagaimana seorang Salman turut berbahagia atas kebahagiaan sahabatnya, walaupun sesuatu itu adalah yang ia inginkan.

Masih ada sangat banyak kisah menakjubkan yang perlu kita tadaburi, meraup banyak hikmah dari cerita-cerita mereka tentang keikhlasan, penerimaan, kelapangan dada, dan masih banyak lagi.

Rasa cinta adalah nikmat yang perlu dijaga, penting untuk dimaknai secara teliti dan hati-hati, dipisahkan dari nafsu, dan dibedakan dari obsesi. Islam adalah agama kasih sayang, yang pemaknaan cintanya luas nan memukau. Para sahabat hidup berdampingan dengan cinta, itulah risalah yang mengiringi perjalanan Rasulullah saw.

Maka generasi muda muslim punya tantangan besar dalam merepresentasikan bentuk cinta. Bahwa cinta tidak sesempit nafsu yang fana. Jika kamu menemukan rasa yang disebut cinta namun mengandung kecewa, maka itu hanya ekspektasi sepihak. Kalau kamu menjumpai rasa yang disebut cinta tapi berujung kehancuran, percayalah bahwa itu sebatas nafsu belaka. Dan jika kamu merasakan sesuatu yang katanya adalah cinta tapi disertai kekhawatiran, maka itu tidak lebih dari sekadar obsesi.

Jauh melampaui Valentine, Islam mengajarkan lebih banyak dari sekadar perayaan. Karena islam adalah cinta. Jika kasih sayang hanya kita tempatkan pada momentum 14 Februari, maka kita ,masih punya banyak hari yang perlu diisi dengan rasa cinta. Menyampaikan cinta patut kita aktualisasikan setiap harinya, memeberi hadiah, mengungkapkan perasaan, dan mendalami makna cinta itu sendiri.

Rasa-rasanya sudah tidak perlu menyampaikan apa dampak buruk dari perayaan ini, sudah banyak kita temui setiap tahunnya. Maka kita harus mengambil peran, lingkungan sosial kita membutuhkan perubahan, dan prinsip. Buktikan bahwa kita mampu menjadi bangsa yang tidak mudah terbawa arus, bangsa besar yang punya pendirian dan menghormati budaya. Mari jadi generasi muda yang mampu menggoreskan sejarah, peran apa yang ingin kita ambil, pilihan ada di tangan kita, dan konsekuensi selalu beriringan dengan setiap pilihan.


Oleh : Nurul Inayah Tihurua (Ketua Umum PK IMM A.R Fachruddin Unimus 2022/2023)
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "LEBIH DARI VALENTINE"

4-comments