Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Manifesto Insan Cendekia Transformatif, IMM Gowa Egaliter-Partisipatori

Tapak tilas perjuangan Ikatan Mahasiwa muhammadiyah dalam lanskap keindonesian tidak diragukan lagi komitmen dan kontribusi membangun bangsa. Heterogenitas problematika dan pergolakan menjadi sahabat karib dalam prosesi perjalanan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menuju pendewasaan organisasi. Kini di usia yg cukup dewasa, kita mesti terus bertanya dan berfikir, kapal besar yg bernama ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dimana dan kemana akan berlabuh? Menurut analisis individual penulis beberapa hal fundamental yg perlu diulas adalah kader IMM sebagai Insan cendekia transformatif, agenda transformasi organisasi dan transformasi kader.

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai Insan cendekia sebagaimana yang dikontruksi secara teoritik oleh abdul halim sani bahwa seorang cendekia merupakan penafsir jalan hidup. Ia merupakan insan paripurna yg datang dari masa depan untuk menafsirkan titik temu kalimatun sawa’ dan arah muara dimana gerakan tertuju. Paradigma-futuristik menjadi condition sine qua non “syarat mutlak” yg inheren dan terpatri dalam sukma insan cendekia. Kesadaran yg melampaui mayoritas kesadaran kekinian sudah seharusnya menjadi desain paradigma kasadaran kader Ikatan dalam menatap masa depan. Insan cendekia dengan sengenap kesadarannya dalam menatap masa depan diharapkan mampu mentransformasikan kontruksi idealitasnya ke kondisi aktual “aktualisasi idealitas”. Insan cendekia yg mampu melaksanakan agenda-agenda transformasi menurut hemat penulis itulah yg disebut sebagai Akademisi cum aktivis yg menjadi postur ideal masyarakat Ikatan.

Konsepsi kepemimpinan insan cendekia ditubuh ikatan meniscayakan kepemimpinan egaliter-partisipatif. Konsepsi kepemimpinan egaliter-partisipatif dapat diintrepetasikan secara kreatif sebagai gerakan kepemimpinan emansipatori yg berupaya membukakan ruang-ruang aktualisasi selebar-lebarnya serta partisipasi-aktif pada setiap kader ikatan. Kepemimpinan egaliter-emansipatori menisycayakan keterbukaan kepemimpinan serta keterlibatan semua pihak, tidak hanya unsur elit pimpinan Ikatan disegala sektor mutlak diperlukan didalam upaya mengkonstruksi serta mengkonsolidasikan agenda-agenda strategis Ikatan di masa depan. Sehingga kultur kepemimpinan Ikatan dirasakan oleh seluruh elemen masyarakat Ikatan, dan mempertegas bahwa Ikatan adalah milik semua bukan milik individu, suku, golongan serta unsur-unsur primordialitas lainnya.

Interpretasi aktual kebutuhan gerakan Ikatan di era kontemporer yg sesuai dengan nafas dan spirit zaman memerlukan kontempalsi intelektual dalam merancang bangunan perubahan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di kabupaten Gowa, aganda transformasi organisasi dan kader ikatan di fokuskan pada 4 (empat) aspek yaitu : intelektualisme, reformulasi kaderisasi, peran sosial-kebangsaan Ikatan serta agenda diaspora organisasi dan kader IMM.

1. Intelektualisme 
Harus kita akui dengan lapang dada bahwa narasi-narasi yg dibangun oleh kader ikatan hanya sampai pada urgensi dan signifikansi denyut nadi intelektualisme ditubuh ikatan semata tanpa tawaran bangun rancang keilmuan ikatan/epistimologi keilmuan ikatan. Intelektual profetik bagi penulis bukanlah epistimologi keilmuan ikatan melainkan hanya antithesis kesadaran yg di inisiasi oleh Paulo Freire. Intelektual profetik dapat disimflikasikan sebagai seorang intelektual yg memiliki kesadaran profetik. Epistimologi keilmuan “intelektual” yg menjadi tawaran sebagai epistimologi keilmuan ikatan dimasa kini merupakan epistimologi integralisme keilmuan yg menggunakan pendekatan multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin atau para akademisi menyebutnya sebagai manifesto amin Abdullah. Hal ini sangat memungkinkan, Ikatan dengan segala infrastuktur organisasinya mampu mendesain akademisi islam dengan perangkat keilmuan integratif yg berwawasan multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin.

2. Reformulasi kaderisasi
Perkaderan merupakan sesuatu yg elementer ditubuh ikatan, bahkan abangda najih ptesetyo memberikan metafor tentang perkaderan beliu mengungkapkan bahwa perkaderan ibarat tulang punggung IMM yg menjadikan Ikatan tetap eksis. Karena perkaderan merupakan sesuatu yg esensial dalam tubuh ikatan maka ruang-ruang kaderisasi perlu ditinjauan ulang secara terus menerus, kita tidak boleh menutup pintu ijtihad dan memfinalisasi ruang-ruang kaderisasi.

Perkaderan dan manusia merupakan dua unsur yg tidak bisa dinegasikan dan nafikan salah satu antar keduanya, perkaderan adalah ruang dan manusia yg mengisi ruang itu. Manusia adalah organisme yg berkembang atau dalam bahasa heraklitos panta rhei kai uden menei” segala sesuatu berubah, tidak ada sesuatu yg statis semuanya dinamis”, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, untuk itu ruang perkaderan harus bisa mengembangkan diri sesu ai dengan kebutuhan manusia dan terbuka bagi tiap-tiap kemungkinan pembaharuan.

Perkaderan utama khususnya perkaderan dasar merupakan ruang yg hidup, ruang-ruang internalisasi ideologi yg berkembang sesuai dengan denyut nadi perkembangan manusia. Ada kecenderungan memfinalisasi ruang-ruang kaderisasi, menjadikan ruang-ruang kaderisasi sebagai sesuatu yg melebihi kitab suci sehingga kemungkinan untuk rekontekstualisasi perkaderan menjadi sesuatu yg terlarang. Beberapa problematika diruangan perkaderan dasar, materi idiologi terkhusus materi tentang Wawasan dan orientasi gerakan IMM dan Muhammadiyah yg sangat minimalis dan tidak proporsional, jadi sangat memungkinkan proses internalisasi ideologi tidak maksimal di ruang-ruang perkaderan dasar. Pola-pola relasional antara instruktur dengan peserta perkaderan yg terkadang otoriter-irrasional, sudah seharusnya pendekatan-pendekatan persuasive-rasional yg diterapkan dan tetap sesuai dengan kondisi psikologis generasi Z.

3. Peran social-kebangsaan kader IMM
 Ikatan sebagai organisasi pergerakan tentunya memiliki peran pressure kebijakan pemerintah / public policy yg tidak berpihak pada rakyat dengan merespon secara aktif-demonstratif, menyuarakan aspirasi masyarakat yg termarjinalkan dan tetap berada pada garis perjuangan dalam menyuarakan kebenaran. Tak ayal kader Ikatan mesti melek politik tidak sebaliknya menjadi manusia-manusia yg apolitik. Mayoritas kaum muda khususnya yg bergelut didunia aktivisme mencurigai politik penuh dengan intrik, manuver, menghalalkan berbagai macam cara untuk mendapat kuasa, akibat stigmanisasi tersebut banyak orang yg alergi dan apatis terhadap politik, mempersepsikan politik secara parsial-subjektif tentu merupakan kekeliruan yg fatal, bukankah segala sesuatu yg menyangkut hajat beserta hayat orang banyak diselesaikan didapur-dapur perpolitikan. Sudah seharus Ikatan menjadikan Inkubator insan politisi-intelektual, intelektual-politisi. Politisi yg intelektual dapat diterjemahkan sebagai insan politik yg memiliki visi jauh kedepan dan tetap menjunjungtinggi moralitas luhur pengetahuan.

4. Agenda diaspora Oragnisasi dan kader
Diaspora organisasi diterjemahkan secara kreatif sebagai langkah kolaboratif lintas lembaga yg ada pada tataran kabupaten gowa yg diupayakan oleh ikatan secara organisasional. Transformasi kader diterjemahkan sebagai proses diaspora kader Ikatan ke berbagai sector baik itu politik, ekonomi, pendidikan dan berbagai sector profesionalisme lainnya yg memungkinkan. Agenda diaspora sebagai proses eksternalisasi gerakan-gerakan demonstrative ikatan dalam mendistribusikan kader-kader unggulan ikatan dapat dimaknai sebagai langkah hegemoni kepemimpinan Ikatan di kabupaten gowa. Untuk menindaklanjuti desain diapora Komisariat memiliki peran vital dalam menyiapkan insan-insan unggulan ikatan dan cabang dengan segala jejaringnya bertanggungjawab penuh mendistribusikan kader terbaik ikatan.


Oleh : Adam Fortuna Yusuf (Ketua Bidang RPK PC IMM Gowa)
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "Manifesto Insan Cendekia Transformatif, IMM Gowa Egaliter-Partisipatori"