Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

USTADZ ADI HIDAYAT PAPARKAN DAHSYATNYA KONSEP PENDIDIKAN ISLAM


Oleh: Dr. Adian Husaini 

Pada hari Selasa (30/5/2023), saya menghadiri undangan pemberian gelar Doktor Honoris Causa untuk Ustadz Adi Hidayat (UAH) di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Doktor HC untuk UAH adalah dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam.

Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nasir hadir langsung dan menyampaikan sambutan dalam acara tersebut. Ada beberapa pejabat kampus di Timur Tengah yang hadir secara khusus. UAH dikenal memiliki hubungan luas di dunia internasional.

Di zaman ini, mungkin gelar Doktor HC banyak dipandang hal biasa. Bahkan, tidak sedikit yang berkomentar di media sosial, bahwa UAH tidak memerlukan gelar itu. Ia pun sudah mendapat gelar Doktor HC di Turki. Pandangan semacam itu bisa dimaklumi, mengingat banyaknya kasus pemberian gelar Doktor HC atau Prof. HC yang dianggap lebih bernuansa politik.

Tetapi, sebagai Ketua Program Doktor Pendidikan Agama Islam di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor, saya menyaksikan sendiri, bahwa UAH memang sangat layak untuk mendapatkan gelar Doktor HC dalam bidang pendidikan Islam.

Bahkan, andaikan aturan mengizinkan, saya akan mengusulkan, ia layak mendapat gelar Doktor Pendidikan Islam dari UIKA Bogor. Cukup mendaftar dan ujian disertasi. Tanpa kuliah! Karya-karya tulisnya selama ini, juga karyanya yang nyata dalam dunia pendidikan Islam, serta buku Orasi lmiahnya saat penganugerahan gelar Doktor HC di UMJ tersebut, sudah patut dijadikan dasar kelulusannya sebagai Doktor Pendidikan Islam.      

Buku Orasi Ilmiah UAH itu berjudul: "Manajemen Pendidikan Alquran dan Sunnah, serta Implementasinya Menuju Pendidikan Berkemajuan." Dalam buku ini, UAH menyebutkan, bahwa konsep pendidikan Islam yang ideal diwujudkan dalam istilah “ta’dib”.

Merujuk kepada Kamus Lisanul Arab, karya Ibnu Manzhur, UAH menyatakan, bahwa kata ta’dib telah merangkum makna ta’lim. Secara terminologis, ta’dib bermakna: “Konsepsi pendidikan yang merangkai ta’lim dan tarbiyah melalui proses tazkiyah, hingga melahirkan insan cerdas berkepribadian mulia.”

Konsep ini disebutkan dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 151, yang artinya: “Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu (kandungan) Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.”

Konsep pendidikan ideal itu telah diterapkan oleh Nabi Muhammad saw, dan terbukti melahirkan manusia-manusia terbaik terbaik. UAH menunjukkan sejumlah data hasil pendidikan Nabi yang mulia itu. Misalnya, dari 40 orang yang dididik di Makkah oleh Rasulullah saw, kemudian menghasilkan 12 ribu manusia-manusia pilihan di Madinah. 

Selama 23 tahun masa kenabiannya, Rasulullah saw berhasil melahirkan beberapa pengusaha besar. Misalnya, Utsman bin Afwan r.a. yang kekayaannya senilai 850 juta USD, Zubair bin Awwam r.a. senilai 1 miliar USD atau setara dengan Rp 72 ribu triliun, serta Abdurrahman bin Auf r.a. dengan kekayaan sebesar 3,5 miliar USD di zamannya.

Tetapi, bukan hanya itu. Pendidikan Nabi Muhammad saw juga berhasil melahirkan 35 panglima perang. Kualitas seorang panglima perang Nabi itu memiliki kemampuan menaklukan Persia dan Romawi -- dua imperium besar terbesar di zaman itu.

Lebih dari itu, menurut UAH, seorang panglima daerah – seperti Pangdam di Indonesia – di wilayah Afrika Utara, mampu membebaskan Andalusia dan kemudian terbangun peradaban Islam lebih dari tujuh abad di sana. Islam memimpin Andalusia mulai tahun 711-1492 M.

Dari kurikulum ta’dib itu, telah lahir para ulama yang tak terhitung jumlahnya, para birokrat, ahli hukum, mujahid, dan manusia-manusia hebat lainnya yang namanya dicatat dengan tinta emas dalam sejarah manusia dan kemanusiaan.

Menurut UAH, dari 6.236 ayat al-Quran, jika dijabarkan, maka akan menjadi kurikulum yang sesuai dan terkolerasi dengan semua aktifitas kehidupan di muka bumi. Misalnya, ada 70 ayat tentang rumah tangga. Dari penjabaran dan pengaplikasian ayat-ayat itu, telah lahir keluarga-keluarga hebat dalam sejarah Islam, seperti keluarga Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Keduanya adalah anak yatim yang telah ditinggal ayahnya sejak kecil.

Ada 779 ayat tentang peningkatan pengetahuan, 25 ayat tentang tata negara, 70 ayat hukum pidana, 13 ayat hukum acara, 10 ayat tentang bisnis dan seterusnya.

"Apa yang Nabi ajarkan, yang bersumber dari al-Quran, kemudian diterangkan dalam hadits, itu secara luar biasa telah mengubah masyarakat jahiliyah yang tadinya terbelakang, menjadi masyarakat yang tercerahkan dan berkemajuan, bahkan mendapatkan persetujuan dan legitimasi langsung dari Allah," kata UAH.

Masyarakat jahiliyah di tengah gurun tandus berbatu itu telah berhasil bertransformasi menjadi khairu ummah sebagaimana tersebut dalam QS Ali Imran ayat 110: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka.”

Apa yang dipaparkan oleh UAH dalam orasi ilmiahnya itu semakin menguatkan keyakinan kita, bahwa umat Islam sejatinya telah memiliki kurikulum pendidikan yang sempurna bersumber dari al-Quran dan Sunnah. Konsep itu telah terbukti dalam sejarah, berhasil melahirkan insan-insan cerdas dan berkepribadian mulia.

Manusia-manusia terbaik itu pun kemudian sukses membangun peradaban mulia di seluruh penjuru dunia sepanjang sejarah. Di masa saja Islam hadir, senantiasa menyebarkan rahmat, melalui proses ta’dib, yaitu proses mengadabkan manusia.

Jadi, konsep pendidikan Islam itu begitu jelas. InsyaAllah, kita terus berjuang menerapkannya dalam pendidikan kita. Tentu saja, kita akan menghadapi tantangan dan ujian yang besar, baik dari luar maupun dari dalam. Tantangan terbesar dari diri kita sendiri; dari jiwa kita sendiri. Semoga Allah menolong kita. Aamiin.


Sumber : www.adianhusaini.id
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "USTADZ ADI HIDAYAT PAPARKAN DAHSYATNYA KONSEP PENDIDIKAN ISLAM"

4-comments