SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA
Table of Contents
Pada hari ini, selasa, tanggal 28 Oktober 2025, hari yang seperti biasa, kita berangkat untuk bekerja, pulang, dan beristirahat dengan keluarga di rumah, terlalu fokus dengan hiruk – pikuk kegiatan di luar sehingga kita seringkali melupakan peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia, yaitu peristiwa Sumpah Pemuda. Mungkin bagi kaum muda zaman sekarang kurang tertarik dalam perihal memperingati sumpah pemuda, mereka lebih sibuk dengan dunia fana nya, bermain dengan gadgetnya sehari – hari, bahkan mungkin ada yang mempertanyakan ”apa pentingnya sumpah pemuda?, toh juga zaman sekarang percuma merayakan sumpah pemuda, lagian juga nggak bisa memperbaiki keadaan ekonomi dan mengubah nasib hidup, apalagi sekarang elit oligarki sudah menggerogoti sayap – sayap burung garuda yang semakin lama burung garuda tersebut tinggal tersisa kepalanya saja dan digantikan dengan naga.” Sungguh sebuah ironi jika memang realitas sosial kaum muda zaman sekarang memang seperti itu.
Teringat dengan kata ikonik dari Presiden pertama, Ir. Soekarno dalam pidato kepresidenan terakhirnya pada hari ulang tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966, ”Jangan sekali – kali meninggalkan sejarah.” Dalam pidato tersebut, beliau melihat sebuah kondisi dimana negara sedang berada dalam ambang kekacauan, baik dalam segi struktural dan kultural. Spirit dan semangat tersebut terpancar dalam pidato terakhir beliau sebagai Presiden Republik Indonesia yang menginspirasi kaum – kaum muda pada waktu itu untuk bangun dari tidurnya yang telah lama, sebagaimana spirit sumpah pemuda pada waktu itu dibacakan dengan lantang oleh Soegondo Djojopoespito, yang kemudian dijelaskan secara mendalam oleh Moehammad Yamin. Perayaan peristiwa sumpah pemuda tidak hanya menjadi perayaan seremonial semata – mata yang hanya di upload di status sosial media dengan harapan diberi sanjungan sementara dari generasi yang lebih tua. Sembari membicarakan tentang realitas kondisi sosial dan struktural zaman sekarang, penulis akan mengulas kembali secara singkat peristiwa sumpah pemuda dengan harapan bahwa peristiwa tersebut dapat diingat kembali.
Latar belakang Sumpah Pemuda bermula dari era pergerakan nasional pada awal abad ke-19, Pada masa itu, pergerakan kemerdekaan masih bersifat kedaerahan, dengan banyak organisasi pemuda yang fokus pada wilayahnya masing-masing seperti Jong Java (1915), Jong Sumatranen Bond (1917), Jong Ambon (1917), Jong Bataks Bond (1926), dan Jong Celebes (1917). Perpecahan ini membuat perjuangan melawan kolonialisme menjadi tidak efektif. Melihat kondisi tersebut, muncul kesadaran di kalangan pemuda akan pentingnya persatuan untuk mengonsolidasikan kekuatan perlawanan yang kemudian Pada 30 April sampai 2 Mei 1926, Kongres Pemuda I dilaksanakan di Gedung Vrijmetselaarsloge, Batavia yang sekarang kita kenal dengan gedung Bappenas. Pada kongres pemuda 1 belum mencapai kesepakatan dikarenakan para organisasi pemuda masih konservatif dengan perjuangan daerahnya masing – masing, namun hal tersebut menjadi tonggak awal bahwasannya setiap organisasi pemuda pada waktu itu memiliki tujuan yang sama, yaitu terlepas dari penjajahan atau merdeka. Pada tanggal 28 Oktober 1928, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang dipimpin oleh Sugondo Djojopuspito menginisiasi Kongres Pemuda II yang dilaksanakan di Batavia. Dalam Kongres tersebut, perdebatan dan diskusi dialektis antara masing – masing pejuang pemuda saling terjadi, puncaknya berada pada terbentuknya sebuah naskah yang dikenal dan kita sebut sekarang sebagai Sumpah Pemuda.
Semangat yang dicurahkan dan tenaga yang dihabiskan para pemuda waktu itu dapat menjadi sebuah refleksi akan kondisi sosial masyarakat saat ini. Lantas, bagaimana kondisi pemuda zaman sekarang, apakah masih mempunyai spirit dan semangat untuk mengaktualisasikan nilai – nilai dalam sumpah pemuda di tengah kondisi struktural dan kultural yang kian tergerus oleh globalisasi yang semakin ganas dalam memakan budaya lokal kita, yang kemudian digantikan dengan budaya teknologi atau budaya asing. Disisi lain, kondisi struktural kita yang semakin lama semakin tambah parah dengan adanya kasus dan isu – isu perpecahan antar warga bangsa karena permasalahan SARA, atau korupsi yang kian naik di permukaan semakin banyak dengan senyuman bangganya para koruptor melakukan perbuatan keji tersebut di media, menara gading yang kian meninggi yang digambarkan dengan kondisi ekonomi di masyarakat yang semakin memburuk, yang kaya menjadi semakin kaya dan miskin menjadi semakin miskin. Masyarakat yang saat ini sedang mengalami kekosongan dalam jati diri mereka yang hanya dikendalikan oleh sosok yang disebut sebagai teknologi.
Masa muda merupakan masa - masa yang masih kental dengan idealisme mereka masing – masing, sebagaimana dikatakan oleh Tan Malaka, bahwa idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda, meskipun tergerus dan tergoncang oleh kondisi struktural dan kultural saat ini, jangan sampai kita menjadi pesimis akan realitas sekarang. Jika menurut kuntowijoyo dalam bukunya yang berjudul Selamat Tinggal Mitos, Selamat Datang Realitas, sudah seyogyanya kita untuk mengembalikan masyarakat teknologis menjadi masyarakat ideologis. Masyarakat teknologis yang dimaksud ialah masyarakat yang termakan akan budaya massifikasi yang disebabkan globalisasi sehingga melupakan budaya (hakikat) asalnya. Tugas kita sebagai pemuda adalah untuk mengembalikan nilai – nilai dan semangat yang telah diperjuangkan oleh para pemuda – pemuda dalam upayanya untuk menyatukan kekuatan dan mengusir penjajahan di tanah indonesia. Kolonialisme telah hilang dan berganti dengan wajah baru menjadi imperialisme modern yang telah menggerogoti sedikit demi sedikit di negara Indonesia tercinta. Jangan sampai semangat para pemuda di zaman sekarang menghilang, mari kita jaga dan kobarkan api semangat terhadap nilai – nilai sumpah pemuda agar terus terkenang dan menjadi simbol perlawanan kita terhadap antek – antek asing yang berusaha melakukan perpecahan di antara kita dalam rangka mewujudkan Indonesia emas 2045.
Selamat hari sumpah pemuda yang ke- 97, meskipun pada saat ini kita telah merdeka, akan tetapi kita masih belum sepenuhnya terbebaskan. Terdapat kesamaan yang masih kita alami, yaitu ketimpangan dan ketidakadilan. Tulisan ini merupakan sebuah renungan terhadap kondisi kultural dan struktural saat ini yang sedang di hadapi pemuda dalam menyikapi peristiwa sumpah pemuda, yang dimana tidak hanya melihat peristiwa sumpah pemuda berdasarkan satu dimensi saja yang biasa kita lihat dalam media sosial, akan tetapi tidak memaknai dan mengaktualisasikan nilai – nilai dan semangat dari Sumpah Pemuda.
Oleh: Valda Favian Wahyu Anargya.
Sedang menempuh studi di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Hukum, Prodi Ilmu hukum. Anggota bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan (RPK) IMM cabang Surakarta. Hobi membaca dan memancing.
Posting Komentar