Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Membangun kader IMM yang Berkualitas, Berkompeten dan Berjiwa Militan

Kehidupan organisasi kemahasiswaan di Indonesia dewasa ini termasuk IMM perlahan mengalami pergeseran. Entah bergeser kearah yang lebih baik atau sebaliknya, hal itu tampak tidak jelas. Namun sebagai seorang kader ikatan, upaya evaluasi dan pembacaan internal dengan melihat realitas yang konkret haruslah dapat dilakukan.

Secara kritis aktivis IMM saat ini mengalami kemunduran militansi. Ada tiga ciri aktivis IMM yakni pergerakan, intelektual dan perkaderan. Tiga hal inilah yang menjadi simbol hidupnya IMM. Tiga hal ini pula yang menjadi kunci dari identitas sebuah organisasi kemahasiswaan. Apabila ketiganya kehilangan semangat militan, maka nilai dari organisasi pun akan hilang.

Pertama, sejak dari dulu mahasiswa identik dengan gerakan kritik pemerintah sehingga dapat melahirkan sejarah-sejarah besar, seperti tragedi 1965 hingga 1998. Hal itu terjadi karena memang semangat perlawanan mahasiswa benar-benar militan dengan melakukan kajian dan analisa strategis terhadap kondisi bangsa. Pergerakan mahasiswa pada saat itu dilandasi atas komitmen dan kematangan kajian yang kuat. Sehingga gerakan benar-benar bisa masif. IMM pun menjadi salah satu bagian dari sejarah-sejarah itu.

Namun, dewasa ini Pergerakan IMM di wilayah dapat dikatakan loyo, jika tak mau dikatakan mati. Bagaimana tidak, sepanjang pengamatan penulis hingga sekarang sangat sedikit gerakan yang dapat dikatakari masif (konsisten) untuk melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan pemerintah. Memang ada beberapa gerakan, namun itu dapat dibuktikan hanya ritualitas aksi dan eksistensi semata. Padahal, kalau mau dikupas, hari ini banyak persoalan kebangsaan yang urgent untuk dikritisi. Alhasil, mahasiswa seringkali dianggap tidak lagi berkualitas, karena tidak mampu memberikan perannya dalam masyarakat.

Kedua, IMM sebagai gerakan intelektual. Setidaknya sebagai gerakan intelektual, kader IMM harus menjunjung tinggi empat hal penting yang mengitarinya, yakni menjunjung tinggi budaya membaca (read and understand), menjunjung tinggi budaya berdiskusi (discuss), menjunjung tinggi tradisi menulis (write), dan menyemarakkan budaya meneliti (search and research). Empat hal ini merupakan nadi atau nyawanya kader IMM sebagai gerakan intelektual. Dengan berbagai ekspresi, varian, dan model gerakanya, empat pilar ini harus dijunjung tinggi oleh kader IMM di masing-masing level pimpinan.

Jika empat pilar di atas melemah, tidak dipedulikan, terjadi turbulensi, apalagi nyaris hilang di ruang aktivitas dan dinamika berorganisasi kader IMM. Maka, mudah ditebak dan bisa dipastikan, IMM akan menjadi organisasi pinggiran, organisasi yang akhirnya berubah menjadi tempat keluh-kesah, organisasi la yamuutu wala yahya, organisasi yang dikutuk sejarah karena gagal memenuhi janjinya, gagal membuktikan kepada umat yang tidak sabar menuntut bukti.

Ketiga, Perkaderan IMM. Dalam prolog buku IMM Autentik, Amirullah mengutip perkataan Ayahanda Haidar Natsir, "Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggung jawab adalah IMM.” Bagi saya kata tajdid tidak hanya berarti pemurnian, pengembangan, dan pembaharuan saja. Namun tafsir kurang tajdid jika menengok secara utuh dalam kalimat tersebut, maka harus dimaknai, "Apapun kekurangan Muhammadiyah hari ini, maka harus dijawab dan disempurnakan oleh perkaderan IMM untuk Muhammadiyah dimasa yang akan datang, artinya Bapak Haidar Natsir menaruh kepercayaan yang begitu besar kepada IMM agar melahirkan kader yang berwawasan utuh, lengkap dan universal untuk menjawab tantangan zaman.

Jika kita membaca buku Kelahiran yang dipersoalkan karya Farid Fathoni. Disitu kita akan tahu, bahwa arah perkaderan IMM berbeda dengan esensi perkaderan HMI. Farid Fathoni berusaha menjawab pernyataan dalam desertasi Victor I. Tanja apa urgensi didirikannya IMM. Disitu ia menjelaskan bahwa arah perkaderan HMI adalah untuk kearah politik praktis, kader-kader HMI dipersiapkan menjadi pemimpin bangsa. Artinya arah perkaderan HMI adalah menjadi Politikus.

Sedang Perkaderan IMM tidak secara spesifik mengarahkan kadernya kepada sebuah profesi. Perkaderan IMM adalah perkaderan Manusiawi yang hanya ingin menfasilitasi bakat dan menumbuhkan potensi kader menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk umat. Perkaderan IMM mengarahkan setiap kadernya menjadi tokoh besar apapun profesinya. IMM tidak melarang kadernya menjadi Politisi, namun IMM tidak ingin kadernya menjadi Politisi yang hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri.

Maka setelah ini penulis ingin menarik tulisan yang berkutat pada tataran konsep ini kepada realita di lapangan, khususnya Di Kendal. Apakah Pergerakan IMM di Kendal sudah dapat dikatakan ideal sebagaimana mestinya. Apakah kader Kendal telah benar-benar militan dengan melakukan kajian dan analisa strategis terhadap kondisi kabupaten Kendal. Apakah IMM Kendal telah bisa memberikan peran kebermanfaatan kepada masyarakat. Tentu hanya kita sendiri yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

Namun penulis meyakini bahwa gerak IMM Kendal akhir-akhir ini mengarah kepada perbaikan dan kemaslahatan. Pergerakan Kendal mulai berani menunjukkan bahwa Ia layak dipandang sebagai seorang mahasiswa yang menginginkan perubahan. Hal itu terlihat dengan mulai seriusnya kajian-kajian strategis lokal kedaerahan yang sering kali didiskusikan, lalu dengan gerakan kolektif dan kolaboratif dalam advokasi permasalahan pasar weleri yang telah dua tahun mangkrak terbengkalai akibat ketidakseriusan pemkoab kendal menyelesaikannya.

Alhamdulillah dengan memuji Allah, atas berkat perjuangan bersama, IMM Kendal beserta seluruh elemen masyarakat dan wakil rakyat yang masih pro terhadap kepentingan rakyat menemukan titik terang. Ketika diadakan sidang anggaran akhir tahun pada 24 November 2022 di gedung DPRD kabupaten Kendal. Disitu seluruh stakeholder pemerintah kabupaten Kendal dan rakyat menyaksikan pengesahan angaran pembangunan pasar weleri 50 Miliar telah diketok palu.

Selanjutnya terkait intelektualisme. Setidaknya PC IMM Kendal telah berusaha semaksimal mungkin menciptakan budaya Ilmu di kabupaten Kendal. Diskusi terkait Religiusitas, Intelektualitas dan Humanitas beberapa kali diadakan untuk mematik kembali nalar kritis kader ikatan. Hal itu dilakukan dengan merangkul Rekan-rekan dari Komisariat yang ada di Kendal. Dan kegiatan-kegiatan semacam itu akan terus kami jalankan.

Terakhir yaitu terkait perkaderan. Kita semua menyadari bahwa perkaderan adalah sesuatu yang sangat urgen bagi keberlangsungan organisasi, tak cuma IMM, perkaderan dalam IMM juga merupakan sesuatu yang urgen bagi persyarikatan Muhammadiyah, karena IMM adalah anak kandung Muhammadiyah, Kader yang kelak akan melanjutkan perjuangan ayahanda dalam berdakwah mensyiarkan ajaran Islam dan mengelola amal usaha Muhammadiyah.

Sedikit demi sedikit perkaderan di Kendal mulai mengarah ke arah yang lebih baik. Keseriusan Pimpinan Cabang IMM Kendal periode ini sampai menjadikan perkaderan sebagai program fokus bersama. Peningkatan Sumberdaya Kader atau peningkatan Kapasitas Intelektual kader menjadi visi unggulan Ketua umum. Maka dari itu Darul Arqam Dasar (DAD) di Kendal sudah tidak boleh lagi formalitas, tidak boleh lagi asal terlaksana, karena akan menjadikan generasi kader-kader kropos yang miskin pengetahuan, lemah semangat dan mudah putus asa. Perkaderan yang maksimal hanya bisa terjadi jika ada kemauan, keberanian, dan semangat untuk memperjuangkan perkaderan yang berkualitas.


Oleh : Naufal Abdul Afif S.Sos (Kops Instruktur Kendal)
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "Membangun kader IMM yang Berkualitas, Berkompeten dan Berjiwa Militan"

4-comments