Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

IMM: Generasi 4G di Era Digital

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) kini genap berusia 59 tahun. Bukan usia jagung melainkan usia jati, yang seyogyanya berdiri tegak dan kokoh. Tentunya IMM tidak sekedar hidup tetapi menghidupkan hal ini terpatri dalam lirik mars IMM “Penyambung Hidup Generasi”. Dan tentunya sudah tidak asing lagi dengan kalimat “Baik buruknya Muhammadiyah dimasa depan tergantung dari Angkatan Muda Muhammadiyah yang sekarang, terkhusus dalam hal ini IMM”. Artinya IMM menjadi generasi penentu kehidupan Muhammadiyah dan ‘Aisiyah kedepan.

Mengeja kembali tujuan IMM yaitu mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia untuk mencapai tujuan muhammadiyah, melalui trilogi (keagamaan, kemahasiswaan, kemasyarakatan) dan tri kompetensi dasar IMM (religiusitas, intelektualitas, humuanitas). Ingat! IMM hanya sebatas nama dan tujuannya hanya lamunan belaka, manakala tidak ada aktifis yang bergerak didalamnya. Menyimak tema milad IMM yang ke 59 yaitu “ Bergerak Bersama, Membangun Peradaban”, dapat dimaknai untuk mencapai peradaban yang utama harus ada kader yang bergerak dan menjalankan amanah di IMM secara bersama-sama. Pondasi peradabaan yang utama dapat terwujud dengan menjadi agen generasi 4G (Good religius, Good morals, Good Mind, and Good Action).

Good Religius
Menurut Abdul Halim Sani dalam buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik (2010), memahami dan memaknai agama untuk melakukan tugas pembangunan peradaban, maka seorang kader harus menguasai tiga tradisi. Pertama, kader diharapkan dapat menangkap esensi agama yang bersifat mencerahkan dan membebaskan. Kedua, kader IMM dapat belajar dari peradaban barat yang maju dan melengkapinya sehingga memiliki kedudukan yang sama antara barat dengan Islam dalam mengkaji pengetahuan. 

Ketiga, tradisi masa depan yakni tradisi yang menjadikan Islam bersentuhan dengan tradisi sekarang dan meramalkan untuk merekontruksi peradaban. Tidak hanya itu dalam pemaknaan ajaran agama bercorak liberatif, emansipatoris, berpihak, dan tidak bebas nilai.

Dalam buku terbaru (Objektifitas Ikatan ) Abdul Halim Sani juga menekankan bahwa pemahaman keagamaan IMM berbeda yang lain dimana banyak yang menekankan pada ubudiyah (ritual), namun bagi IMM adalah keseimbangan rritual dan amal. Hal ini tentunya menjadi ciri yang khas bagi ikatan dengan mengamalkan islam rahmatanlil’alamin (islam rahmat bagi alam semesta). Pengaktualisaian islam seagai rahmat dengan menyeimbangkan kesholehan individu dan kesholehan sosial. Tidak hanya pada ibadah yang tampak namun harus berdampak.

Good Morals
Hemat penulis Good Morals adalah akhlakul karimah. Ciri kepribadian utama yang dimiliki rasulullah adalah “Akhakul Karimah” memiliki perilaku yang mulia. Budi pekerti yang luhur, perilaku yang baik, karakter yang utama. Akhalakul karimah merupakan inti ajaran yang dibawa oleh Rasulullah.

إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.”

Hal tersebut sejalan dengan penasfsiaran DPP IMM yang tertuang dalam SPI terbaru bahwa ikatan sebagai gerakan ilmu yang tertanam dalam diri kader merupakan tindakan praksis kemanusiaan didasarkan pada basis keilmuan kader dalam upaya ibadah kepada Allah yang tertuang dalam perilaku. Pengejawentahan kata ‟berakhlak mulia‟ dipahami menjadi dua macam, Pertama, sebagai tindakan praksis, Kedua, tindakan transenden pada Tuhan. Tindakan praktis ini karena akhlak merupakan sikap yang terlihat serta terbaca oleh manusia. Akhlak ini tercermin dari perilaku seseorang dalam menyikapi berbagai macam persolan yang terjadi. Bagitu pula, yang dilakukan oleh Ikatan merupakan konsekuensi masyarakat ilmu yang bersifat praksis kemanusiaan (amal ilmiah dan amal ilmiah). Selanjutnya, tindakan yang dilakukan oleh kader ikatan maupun ikatan secara organisatoris merupakan cerminan dari pengetahuan yang berdialektika dengan agama, dalam rangka meningkatkan ibadah kepada Allah SWT.

Good Mind
Gerakan keilmuan dalam Ikatan merupakan suluh yang menjadikan Ikatan sebagai kader Muhammadiyah yang membedakan dengan pergerakan mahasiswa lain maupun ortom yang lain. Berfikir visioner menjadi salah satu dari contoh berfikir yang baik, artinya setiap dari kader IMM harus memiliki impian tidak terlena dengan kejayaan masa lalu. Tidak pesimis dengan diri sendiri. Seorang filsul bernama Rene Descartes terkenal dengan kata-kata bijaknya cogito ergo sum aku berfikir maka aku ada. Hal ini sejalan dengan pandangan islam bahwa yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain yaitu danya akal pada manusia yang berfungsi untuk berfikir, membedakan yang baik dan buruk.

Good Action 
IMM Hanya sebatas papan nama dan tujuannya hanya sebatas lamunan belaka manakala tidak ada aktifis yang bergerak didalamnya. Hal ini dapat dimaknai bahwa kader IMM tidak boleh berhenti pada tataran pengumpulan ide, seyogyanya kader IMM harus mengaktualisasikan ide menjadi gerakan nyata. Penambahan pada semboyan IMM radikal dalam gerakan yang dilakukan oleh Abdull Halim Sani menjadi refleksi kita bersama. 

Penambahan kata radikal dalam gerakan merupakan tindakan praksis yang dialukan oleh ikatan sebagai pengaplikasian dari pengetahuan yang diperolehnya. Radikal dimaknai sebagai aksi yang mendasar dan mengakar sehingga mencerminkan dari pengetahuan yang diperolehnya atau yang ada pada ikatan. Prinsip yang perlu dipahami dalam bergerak di IMM yaitu terbang tinggilah tanpa harus menjatuhkan, bekerja keraslah tanpa harus meremehkan, mengarahkan bukan menyalahkan, mengayomi tidak mengkahimi, merangkul bukan memukul, mengajak bukan menginjak dan tidak perlu merasa yang paling tetapi bagaiman kita bisa saling. Pada initnya berlomba-lomba dalam baikan bukan untuk menjatuhkan tapi menyatukan.


Oleh: Khosiyatika S.Pd ( Ketua Bidang Kader PC IMM Kota Salatiga)
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "IMM: Generasi 4G di Era Digital "

4-comments