Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

PROGRESIFITAS KADER; MEMBANGKITKAN GERAKAN INTELEKTUAL INOVATIF, MEMAJUKAN PERADABAN

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang lahir langsung dalam rahim Muhammadiyah pada 29 Syawal 1384 H atau bertepatan 14 Maret 1964 M silam sebagai anak bungsu Muhammadiyah. Usia 59 tahun bukanlah usia yang dapat dikatakan muda lagi, karena tentunya sudah banyak menghadapi problematika ataupun dinamika dalam berikatan. IMM merupakan gerakan mahasiswa Islam yang beraqidah Islam bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Kelahiran IMM pun dianggap sejalan dengan lahirnya Muhammadiyah itu sendiri karena tidak lepas dalam perjalanan sejarah Muhammadiyah.Organisasi mahasiswa Islam di Indonesia yang memiliki hubungan struktural dengan organisasi Muhammadiyah dengan kedudukan sebagai organisasi otonom ini memiliki tujuan yaitu terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah (Fathoni A.F., 1990).

Setiap organisasi pergerakan pasti memiliki landasan-landasan ideal sebagai penuntun dalam bersikap maupun bertindak. Dalam hal ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah satu eksponen Muhammadiyah yang bergerak di ranah kemahasiswaan. Sebagai organisasi otonom atau under bow-nya Muhammadiyah, IMM bergerak berdasar pada landasan-landasan filosofis yang disematkan dengan Ideologi Muhammadiyah. Sehingga IMM sebagai organisasi mahasiswa Islam turut berjuang sebagai mana apa yang digariskan oleh Muhammadiyah.

IMM harus mampu maju dan berkembang dalam segi intelektual (pikiran), dalam hal ini ilmu pengetahuan. Iilmu pengetahuan itu didapat tidak sekadar disiplin latar belakang ilmu masing-masing kader IMM yang diampu di saat kuliahnya saja. Melainkan didapat dari berbagai referensi, literatur, diskusi-diskusi, dan sebagainya. Termasuk didalamnya akhlak, moral, etika yang harus tetap dipegang teguh oleh setiap kader IMM. Itulah IMM sebagai basis gerakan intelektual yang memahami konteks keilmuan (ilmu pengetahuan secara universal).

Penyadaran-penyadaran eksistensi seorang mahasiswa amat penting sebagai proses katalisator perjuangan. Namun, hal tersebut tidaklah bisa terwujud dengan mudah. Permasalahan di zaman yang semakin canggih ini, mahasiswa semakin kehilangan identitas dirinya sebgai agent of change, terjadinya reduksi peran dalam mahasiswa diakibatkan oleh serangkaian kegiatan mahasiswa yang terjebak pada sistem kampus yang ajeg, terkadang menjadi faktor lulusan-lulusan mahasiswa yang masih prematur. Lulusan mahasiswa baik dari PTN maupun PTS masih belum bisa memilki daya pendobrak yang masif di masyarakat.

IMM harus menyadari kondisi ini, bahwa mahasiswa harus bangkit dari keterpurukannya. Sifat humanis haruslah terbangun sejak dini, pemupukan rasa tanggungjawab dalam peran mengubah bangsa ini menjadi peradaban yang lebih baik, menyadarkan akan pentinganya mendorong segenap elemen mahasiswa untuk bergerak melawan ketidakadilan dan ketidaksesuaian sistem serta upaya untuk menyatukan suara mahasiswa sebagaimana peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Kedua, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus menjadi panutan bagi sekian pergerakan mahasiswa yang ada. Tujuan dan cita-cita IMM tidak akan terealisir tanpa adanya sebuah semangat untuk bangkit. Loyalitaslah yang menjaga keutuhan sebuah organisasi. Dalam ber-IMM hendaknya kader telah dididik dengan nilai dasar juang yang utama yaitu dakwah amar makruf nahi mungkar. Ketiga, tidak lupa dengan proses internalisasi ideologi menjadi instrumen utama untuk melahirkan kader yang loyal dan militan. Tidaklah akan didapati kader yang loyal manakala dia tidak mengenal IMM, tidaklah akan militan seorang kader jika tidak merasakan manis pahitnya perjuangan dalam IMM.

Keempat, aktualisasi nilai-nilai spiritualitas yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunah harus tetap dipegang teguh keutuhan dan kemurnian ajaran Islam sendiri oleh setiap generasi bangsa, termasuk seorang mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki spirit perjuangan, juga sebagai intelektual Muhammadiyah dalam membangun peradaban sudah sepantasnya menjadi generasi selanjutnya yang bisa dikatakan sebagai “penggerak perubahan” peradaban bangsa Indonesia. Kelima, peradaban dapat diwujudkan dengan dakwah karena dakwah adalah proses perubahan perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan lurus, dari yang buruk menjadi baik. Tinggal bagaimana sebagai kader IMM, pembawa misi dakwah Muhammadiyah sebagai gerakan pencerah tidak berhenti di tengah jalan, bahkan tergerus oleh zaman yang kian demikian kompleks.

Keenam, sebagai kader IMM, harus memiliki spirit tajdid Muhammadiyah yang sudah diwariskan oleh KH Ahmad Dahlan. Karena dengan begitu, keberlanjutan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang didengungkan dan disemarakan oleh kader ikatan dan persyarikatan menjadi konkret alias nyata. Bukan saja sampai pada tataran konsep, atau bahkan tokoh-tokoh zaman dulu saja yang menjalankan, melainkan terlaksana dari generasi ke generasi. Lebih jauh, jelas Amirullah dalam IMM Untuk Kemanusiaan; Dari Nalar ke Aksi (2016), semangat Kiai Ahmad Dahlan ini tidak boleh terputus oleh sejarah. Tidak hanya proses peniruan tapi juga spirit yang melatarbelakangi lahirnya gerakan itu harus terus dimaknai dan dihidupkan kembali sekuat-kuatnya, tentu saja dengan semangat zaman yang berbeda.

Dengan terus menterjemahkan semangat itu dalam konteks kini, Yang demikian itu, akan berujung pada membangun peradaban yang berkemajuan sesuai visi dan misi Muhammadiyah sebagai induk dari ikatan. Maka, disadari oleh setiap kader IMM ini tidak serta merta menjalankan tubuh ikatan dengan euforia dinamika dalam ikatan, melainkan dengan tidak tidak lupa melanjutkan gerakan dakwah dengan semangat yang diwariskan KH Ahmad Dahlan. Maka, sudah tentu, kader IMM haruslah berkemajuan; pemikirannya, perilakunya, akhlak, moral, sehingga keberadaannya dirasakan oleh masyarakat.

Ketujuh, gerakan IMM yang sejatinya haruslah autentik. Artinya, gerakan IMM yang autentik (murni) harus menjadi dasar orientasi perjuangan. Autentik yang dimaksud adalah nilai-nilai IMM (Tujuan, Trikompetensi Dasar, Trilogi, Nilai Dasar Ikatan, Profil Kader Ikatan, Identitas IMM, 6 Penegasan IMM, Semboyan, Slogan) dengan bentuk gerakan dapat diwujudkan.Ahmad Sholeh dalam bukunya yang berjudul IMM Autentik; Melacak Autentisitas & Substansi Gerakan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (2017) mengatakan, membumikan IMM autentik adalah upaya pemurnian (purifikasi) nilai-nilai perjuangan IMM dari tawaran zaman yang semakin pragmatis dan materialistis. Dan juga upaya pembaruan (tajdid) terhadap pola-pola pendekatan dakwah, gerakan sosial, dan perkaderan yang setidaknya mampu menjawab dinamika kekinian dan mewujudkan tatanan kehidupan lebih bernilai. Hal itu kemudian bisa dilakukan dengan pengkajian dan penggalian secara mendalam terhadap cita-cita IMM secara universal, tujuan IMM, dan jejak langkah perjuangan IMM yang termaktub dalam deklarasi dan nilai-nilai perjuangan IMM.

Jangan sampai perjuangan IMM dikesampingkan dan terkubur, jika tidak dilakukan sebagai kader intelektual penggerak perubahan. Ini yang menurut penulis, orientasi gerakan IMM dimaknai dalam uraiannya yang berjudul Melacak Autentisitas & Substansi Kader Ikatan: Sebuah Telah atas Pemikiran & Gagasan (2017), “Semangat tajdid IMM, dan kemurnian dalam ide, gagasan serta gerakan yang kemudian menjadi konstruksi kader ikatan. Sejalan dengan pernyataan Ahmad Sholeh (2017), “Untuk itu, IMM kemudian perlu melakukan tajdid dan purifikasi, sebagai tradisi gerakan”. Lebih lanjut, pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dalam IMM Autentik (2017) menegaskan, “Kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya Muhammadiyah, maka yang bertanggung jawab adalah IMM” (Sholeh, 2017). Bukan tanpa alasan penegasan dari Haedar Nashir terkait IMM, yang mana ini menjadi bahan refleksi bagi kader IMM terkait bagaimana tradisi religiusitas-humanis-intelektualitas menjadi tumpu spirit berkemajuan autentisitas dalam bergerak.

Kader IMM sebagai Aktor intelektual akan dengan mudah memanifestasikan tujuan IMM dengan baik dan benar. Tujuan akan menjadi titik akhir dari apa yang di perjuangkan dalam gerakan IMM melalui aksi-aksi nyata sebagaimana yang telah dititahkan oleh para pendahulu, bahwa IMM adalah eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah sebagai stabilisator dan dinamisator gerak langkah persyarikatan. Aktor intelektual akan senantiasa menjadikan IMM sebagai lembaga pengkaderan ikatan dan persyarikatan sebenarnya, pengkaderan merupakan alat untuk menggodok dan mengolah nalar berpikir, nalar gerakan serta nalar beragama dengan baik dan benar agar persyarikata ini mampu terus berkontribusi untuk Islam dan Bangsa kerena aktor inteletual akan senantiasa menyemai kader ikatan untuk menjadi kader persyarikatan, umat dan bangsa dengan bekal kemajuan pemikiran.

Maka aktor inteklektual akan mejadikan IMM sebagai obyek of study (tempat pendidikan), sehingga kader IMM mampu menjadi subjek of researchers (peneliti) sehingga dari sinilah IMM akan menawarkan gagasan dalam pendekatan keilmuan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan hal ini sudah dipastikan IMM akan melahirkan kader yang memiliki militansi berkualitas terhadap Muhammadiyah. Kader militan itu adalah kader yang memiliki karakter jelas, melekat pada diri serta mampu memberikan contoh dan menguatkan kultur ikatan serta persyarikatan dalam memberikan gagasan serta membangun peradaban.

Kader IMM harus mampu menerjemahkan intelektual inovatif Muhammadiyah. Karena IMM, sebagai sayap Muhammadiyah, haruslah dibarengi kapasitas intelektual seperti para pendahulu dan tokoh-tokoh Muhammadiyah, ditunggu kehadirannya dan diterima dikalangan masyarakat. Terlebih, heterogenitas masyarakat kian menampakkan kehadirannya. Begitupun didalam kampus, IMM ditengah banyaknnya persoalan mesti konsisten untuk mengabdi. Menjadi kelompok yang bermanfaat dimanapun berada lewat sporadisasi kader. Apalagi dijaman global seperti saat ini, organisasi dituntut untuk berpikir progresif dan futuristik lewat kegiatan-kegiatan kreatif dan mencerahkan. Cerah spiritual dan Intelektualnya sebagai jargon yang terinternalisasi dalam diri setiap kader dan pimpinan IMM. Bangsa ini merindukan kumpulan intelektual muda yang mampu mengisi dengan narasi kritis yang bernilai tinggi, sarat dengan pesan kesucian hati serta melidungi jasamani. Bukan narasi kritis pesanan para politisi yang memeras kekayaan ibu pertiwi dan melegalkan oligarki. 


Oleh : Immawati Khusnul Khatimah
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "PROGRESIFITAS KADER; MEMBANGKITKAN GERAKAN INTELEKTUAL INOVATIF, MEMAJUKAN PERADABAN"

4-comments