Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepemimpinan Profetik dalam Perspektif Islam: Konsep dan Implementasi di Organisasi IMM

Allah SWT menciptakan manusia sebagai khalifah (pemimpin) yang menjadikan dimensi kepemimpinan sebagai peran sentral dalam setiap upaya pembinaan. Dalam setiap organisasi, peran kepemimpinan memiliki peran penting dan seringkali menjadi ukuran dalam menentukan kesuksesan atau kegagalan. Kepemimpinan memiliki aspek yang sangat luas dan melibatkan banyak komponen yang saling mempengaruhi. Pemahaman dan hakikat kepemimpinan tidak dapat diabaikan.

Konsep kepemimpinan dalam Islam memang sangat diakui dan ditekankan dalam Al-Qur'an. Al-Qur'an mengajarkan bahwa seorang pemimpin memiliki kedudukan kepatuhan yang sama dengan Allah dan Rasul-Nya, sehingga kepatuhan kepada pemimpin tersebut menjadi penting bagi umat Islam. Dalam Islam kepatuhan tersebut hanya berlaku selama kebijakan yang diambil oleh pemimpin tidak bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Kepemimpinan tumbuh dari transformasi internal, bukan sekedar jabatan atau gelar. Untuk menjadi pemimpin sejati, seseorang perlu menemukan visi, meraih kedamaian, membentuk karakter kokoh, dan mempengaruhi lingkungan dengan tindakan positif. Pemimpin sejati mendorong perubahan dalam organisasi dan tumbuh dari dalam diri. Kepemimpinan tidak hanya tentang gelar atau jabatan.

Saat ini, kita dihadapkan pada dua dimensi kepemimpinan, yaitu kepemimpinan Islam dan Barat. Kepemimpinan Islam telah terbukti berhasil, seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, orientalis Barat dengan teori-teori ilmiah mencoba mengalihkan perhatian ke kepemimpinan Barat, yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam perspektif Islam, pemimpin yang ideal adalah yang kuat keyakinan beragama dan berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. 

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan Relevansinya dalam Kepemimpinan Modern. Kepemimpinan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW menjadi model yang ideal untuk setiap pemimpin, karena gaya kepemimpinannya telah terbukti berhasil dalam menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW mencerminkan nilai-nilai sidiq (jujur dan benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan fathonah (cerdas serta bijaksana) yang sangat penting bagi setiap pemimpin.

Kontowijoyo menyebut bahwa sifat kepemimpinan Rasulullah SAW sebagai kepemimpinan profetik, yang mengacu pada konsep kepemimpinan para Nabi dan Rasul Allah SWT. Kepemimpinan profetik dianggap sebagai model kepemimpinan yang ideal dan memberikan inspirasi bagi para pemimpin di berbagai bidang, termasuk di dalam dunia politik dan organisasi. Sifat-sifat kepemimpinan profetik seperti sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah menjadi acuan bagi para pemimpin dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.

Pemimpin yang mengadopsi kepemimpinan profetik memiliki sifat-sifat yang menonjol dalam kepemimpinannya, seperti sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Dalam konteks kepemimpinan modern, sifat-sifat ini masih relevan dan diperlukan oleh setiap pemimpin, karena dapat membantu memperkuat integritas dan kepercayaan rakyat terhadap pemimpin.

Kepemimpinan profetik juga harus memiliki kesadaran akan tanggung jawabnya dalam mewujudkan nilai-nilai humanisasi dan liberasi. Pemimpin harus memperjuangkan kebaikan bagi rakyatnya, serta mencegah segala bentuk kejahatan dan penindasan. Dalam menjalankan tugasnya, pemimpin harus mampu mengambil keputusan yang tepat dan adil, serta memiliki keberanian dan kejujuran dalam memperjuangkan kepentingan rakyatnya.

Keyakinan pemimpin profetik pada Allah SWT dan visi transenden yang dimilikinya menjadi faktor penting dalam menciptakan lingkungan yang sejahtera dan harmonis bagi rakyat. Pemimpin harus meyakini bahwa tugasnya adalah menciptakan kebaikan yang lebih besar dan bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Melalui visi transenden, pemimpin dapat memandu tindakan dan kebijakan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.

Implementasi Kepemimpinan Profetik dalam IMM

Kepemimpinan profetik dapat diadopsi oleh organisasi apapun, termasuk di dalamnya organisasi keislaman seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM). Kader IMM harus mampu memperjuangkan nilai-nilai humanisasi, liberasi, dan transendensi untuk menciptakan lingkungan yang sejahtera bagi anggota organisasi dan masyarakat sekitar.

Kader IMM harus memperjuangkan nilai-nilai humanisasi dengan mengutamakan kepentingan umum dan mencegah terjadinya diskriminasi dan intoleransi dalam organisasi. Dalam konteks keilmuan, kader IMM harus mampu mendorong anggota organisasi untuk mengembangkan diri dan mencapai potensi terbaik mereka. Selain itu, kader IMM juga harus berupaya memperjuangkan kesejahteraan masyarakat sekitar dengan membangun program-program sosial dan kegiatan kebaikan.

Kader IMM juga harus mencegah terjadinya segala bentuk kejahatan dan melindungi hak asasi manusia. Hal ini bisa diwujudkan dengan mengembangkan program-program pencegahan kejahatan, dan menegakkan nilai-nilai moralitas yang diperoleh dari agama Islam. kader IMM juga harus berupaya melindungi hak asasi manusia dengan membela orang-orang yang menjadi korban diskriminasi dan penindasan.

Visi transenden yang dimiliki kader IMM juga harus diterjemahkan ke dalam kegiatan organisasi. Pemimpin IMM harus memperjuangkan nilai-nilai agama seperti keadilan, kebenaran, dan kasih sayang dalam kegiatan organisasi. kader IMM juga harus mampu memperkuat keterikatan antara manusia dan Sang Pencipta melalui kegiatan keagamaan dan dakwah.

Dalam rangka mengimplementasikan kepemimpinan profetik, kader IMM harus memiliki sifat-sifat sidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Sifat-sifat ini menjadi pedoman bagi kader IMM dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka. Kader IMM harus jujur dan benar dalam segala tindakan dan keputusan yang diambil. Mereka harus dapat dipercaya dan mampu mempertanggungjawabkan setiap tindakan dan keputusan yang diambil. Kader IMM harus juga mampu menyampaikan pesan-pesan agama dan kebaikan kepada anggota organisasi dan masyarakat sekitar dengan cerdas dan bijaksana.


Penulis : Very Dwi Setiawan (Kader IMM Riau)
Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "Kepemimpinan Profetik dalam Perspektif Islam: Konsep dan Implementasi di Organisasi IMM"