Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Andai Aku Seorang IMM

Lebih baik diasingkan daripada menyerah terhadap kemunafikan. -Imawan Gie

 Betapa sangat menyenangkan, betapa nikmatnya dan betapa sangat menggembirakan bila masuk organisasi IMM oragnisasi yang begitu besar di bawah naungan Muhammadiyah atau yang disebut sebagai organisasi Otonomi/ORTOM, meski hanya sebentar dan sekejap mata. 

Di tahun 2024 dan dibulan Maret ini sudah mamasuki usia organisasi ini ke-60 tahun. Bukan usia yang muda lagi, jika diibaratkan bahkan usia ini sudah memasuki usia yang sudah matang, sudah bijak, dan sudah sangat dewasa dalam mengambil Keputusan. “Seharsunya”.

Andai aku menjadi seorang IMM saat ini mungkin sangatlah mudah dan mungkin juga hidupku akan terjamin, anak cucuku akan menjadi orang yang memiliki jabatan dan kekuasaan dimasa yang akan datang. IMM sekarang bukan lagi organisai yang berpihak pada kaum mustad’afin dan membela kaum-kaum lemah dan yang dilemahkan. 

Rasanya begitu jauh apa yang menjadi amat IMM seharusnya, kita tidak lagi membicarakan dan mendiskusikan apa itu trilogy dan tri kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang kader perserikatan. Sekarang bagaimana caranya kita harus memperkaya diri, membuka relasi selebar-lebarnya dengan penguasa dan bagaimana caranya kita bisa masuk dilingkaran tersebut, dan berharap menjadi penguasa selanjutnya. Naif dan menjijikan memang, tapi begitulah wajah organisasi ini sekarang. Andai Aku seorang IMM barang sebentar saja, pasti Aku akan menjadi public figure dan seorang raja kecil yang mulai tumbuh dari organisasi ini. 


Bukan Marwah tapi mewah

 Andai Aku seorang IMM pasti Aku sudah menjadi seorang yang bergelimang harta serta semua kemewahan pasti didapat, teman-teman Ku bukanlah orang-orang dari kalangan yang tertindas dan termarjinalkan oleh keadaan tapi para penguasa yang memiliki pangkat dan kekuasaan. Pasti rasanya begitu menyenangkan. Buat apa mengurus orang-orang dan kader-kader tak penting dan yang tidak memiliki prospek serta tidak menguntungkan untuk Ku. 

 Kemewahan adalah cita-citaku sebagai kader IMM yang progresif dan kekuasaan adalah tujuan atas semua itu. bagaimana caranya aku harus dapat membuat blok dan sirclle yang mendukung cita-cita itu. jika perlu mengeluarkan uang tidak jadi masalah asal semua tercapai dan terwujud dan hidupku akan jauh lebih mewah dan menggembirakan bukan. Kader-kader ditingkat komisariat dan cabang harus patuh pada senior-senior mereka dan senior-senior mereka harus patuh padaku. Jika tidak mereka tidak akan mendaptkan apa-apa.

Demi kemewahan itu tidak masalah aku harus sedikit bersikap diktaktor, itu juga demi kebaikan mereka kedepannya. Marwah kita sekarang sesuai dengan nama IMM (Ikatan Mahasiswa Menjilat) bukan lagi IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).

 Muhammadiyah memakai khittah sebagai landasan perjuangan atau pengokohan identitas sebagai organisasi dakwah islam non-politik yang akan terus berada pada jalan dakwah kemasyarakatan dan tidak memiliki hubungan organisatoris dengan partai politik manapun (Natsir,2017). 

Istilah IMM autentik yang capa kali yang sampaikan oleh Ahmad Sholeh dimana ini untuk melihat dan mempertegas posisi IMM sebagai Gerakan intelektual yang mana pada posisi ini ditegaskan sebagai intelektual murni, independent, nonpolitik praktis dan semua Gerakan diarahkan untuk Gerakan kemanusisaan dan menjelaskan bahwa tugas yang seharusnya sebagai khilafah dimuka bumi. Tapi itu semua nampaknya tidak penting saat ini, IMM memang harus memposisikan intelektual kearah intelektual tidak murni, non-independen dan kader-kadernya harus berpartisipasi aktif dalam politik praktis. Andai aku seorang IMM pastilah aku bisa menjadi politikus yang handal dan bergelimang harta karna Marwah jika tidak mewah tidak ada nilainya. 

Khittah IMM sebagai landasan berorganisasi 

 Sederhananya khitta berasal dari Bahasa Arab yang berarti juga jalan, langkah, rencana atau garis. Demikianlah khittah adalah sebuah landasan, garis landasan dan strategi besar yang menjadi patokan perjuangan organisasi. Kita juga sama-sama mengetahui matan khittah mengandung tuntunan, arah, dasar dan arah yang akan dituju. Dalam banyak organisasi mereka memiliki khittah dan arah perjuangan yang berbasis organisasi kemasyarakatan yang tidak berafiliasi dengan organisasi politik atau partai politik manapun dan kita mengenal itu salah satunya adalah Muhammadiyah. Jika Mummadiyah adalah organisasi kemasyarakatan lalu apakan IMM organisasi kemahasiswaan yang bergerak diranah politik praktis?

Bagaimana dengan khittah IMM? 

 Adalah sebuah ketidakmungkinan jika perjuangan dan khittah IMM secara substansial jauh dan tidak sejalan dengan khittah Muhammadiyah itu sendiri. Jika khittah Muhammadiyah saja sudah tak memiliki arti penting lagi bagi IMM maka untuk apa organisasi ini hadir ditubuh Muhammadiyah jika hanya menjadi parasit yang penyakit. Dewasa ini nampaknya memanglah begitu adanya khittah yang seharusnya menjadi landasan dan cita-cita yang sama-sama diusahakan telah berputar arah yang seharsunya kader-kader IMM melakukan Gerakan dakwah, Gerakan intelektual dan pemberdayaan Masyarakat tapi nyatanya penerus perserikatan ini jauh dari ruls yang sudah di tetapkan dan dicita-citakan.

Khittah sebagai landasan perjuangan 

 Jika Kembali berkaca pada keadaan IMM dewasa ini nampaknya sudi kiranya kita sebagai kader IMM berkaca Kembali pada khittah sebagai landasan dan pedoman dalam menjalankan roda organisasi dan sebagai dasar berkehidupan kader.

Pertama, intelektual sebagai tombak yang perlu diperuncing dan dipertajam untuk menjawab persoalan ditubuh ikatan dan Masyarakat secara luas. Sebagai organisasi yang hidup dan tumbuh subuh ditubuh Muhammadiyah dan institusi PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) sudah menjadi keharusnya bahwa IMM harus mengedepankan keilmuan atau intelektual sebagai bekal persiapan untuk melanjutkan dan mewujudkan cita-cita Mummadiyah.

IMM yang notabene adalah manusia akademisi Indonesia yang lahir sebagai muslim intelektual dari ramih Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang mana memiliki sebuah misi dan semangat besar atas perubahan dan control social atas kondisi dan semua gejolak bangsa. 

 Ilmu-amaliah, amal-ilmiah sebuah diksi dan narasi yang pada dasarnya menyasar mahasiswa khusunya IMM adalah manusia akdemisi, manusia yang menjadikan kampus dan lingkungan masyakakat sebagai gelanggang perang/dakwah yang mana untuk meningkatkan kualitas dan pasitas kader, dan bukan malah keduanya dijadikan sebagai arena politik seperti yang sudah-sudah.

Kedua, Gerakan sebagai abdi Masyarakat adalah untuk menjawab tantangan Masyarakat saat ini. mustad’afin yang selalu digadang-gadang sebagai lahan basah IMM untuk berdakwah adalah tujuan utama yang seharusnya dapat benar-benar diiplementasikan. Persoalan Masyarakat yang makin pelik, penindasan yang terjadi dimana-mana, TBC, eksploitasi alam, perusakan lingkungan, buta huruf, kemiskinan, penganggurah dan lain-lain. Disisi lain perlunya konsolidasi, pencerdasan, kaderisasi dan pengkristalan untuk mewujudkan itu semua. Inilah medan perang sesungguhnya bagi IMM bukan malah hanya terobsesi pada perebutan kekuasan dalam tubuh ikatan dan berlomba-lomba memnjadi penjilat penguasa. 

Ketiga, aktualisasi nilai Gerakan menjadi dakwah berkemajuan. Semua aspek yang yang telah ditanamkan oleh IMM seharunya juga dapat menjadi ladang dakwah. Cita-cita Muhammadiyah “menjunjung tinggi agama Isalam sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya” adalah tujuan utama yang harsu diwujudkan secara Bersama-sama dan secara menyeluruh. Maka dengan demikian adanya khittah perjuangan Muhammadiyah menjadi kunci dan landasan bergerak, jika IMM sudah mulai melenceng dan keluar dari koridor yang seharusnya maka harus Kembali pada nilai-nilai dan khittah perjuangan.


Oleh : IMMawan Rian Pratama

Naufal Afif
Naufal Afif Editor Kuliah Al-Islam, Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor, Ketua Umum IMM UIKA 2018-2020

Posting Komentar untuk "Andai Aku Seorang IMM"

4-comments