Pendidikan Di Ujung Tanduk
Daftar Isi
“Memang pendidikan bukan faktor penentu menjadi sukses.
Namun dengan pendidikan, mindset dan pola pikir akan membentuk karakter pribadi sukses yang bermartabat, bermoral dan beretika.”
Wacana menuju Indonesia Emas 2045 bukanlah angan dan wacana. Namun itu adalah semangat yang menggambarkan betapa seriusnya bangsa ini untuk menggenjot segala aspek demi melahirkan sebuah negara maju. Visi ambisius nasional ini menargetkan bangsa Indonesia di tahun 2045 sebagai negara yang maju, berdaulat, adil dan makmur yang menandai seratus tahun kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kita merupakan bangsa besar, bangsa yang lahir dari tetes darah perjuangan nasionalis-nasionalis yang namanya kini dikenang dalam momen peringatan dan menempel di tembok-tembok ruang kelas yang menjadi lingkungan penerus tonggak estafet bangsa kita menimba ilmu pengetahuan. Namun sayang fenomena yang terjadi saat ini merupakan kebalikan dari semangat visi ambisius bangsa ini untuk menciptakan Indonesia sebagai negara maju, berdaulat, adil, dan makmur.
Untuk menuju Indonesia emas, banyak aspek yang mungkin perlu untuk dilakukan perombakan, perbaikan, dan evaluasi agar terwujudnya sebuah negara maju. Aspek-aspek tersebut sebagaimana visi Indonesia Emas 2045 ialah pembangunan manusia, pembangunan teknologi, pembangunan infrastruktur, dan transformasi sosial. Aspek-aspek itu adalah kunci untuk terwujudnya Indonesia Emas 2045 dan benar-benar harus diperjuangkan. Pasalnya jika wacana ini tidak diperjuangkan maka mungkin impian sebuah negara maju layak di pertanyakan. Hal ini bukan menjadi perjuangan sebuah kelompok saja atau sebuah institusi saja ataupun pemerintah negara saja, namun hal ini akan terwujud bilamana semua organ dalam tubuh negara Indonesia sama-sama bergerak untuk sadar bahwa Indonesia emas itu adalah impian dan wacana yang harus diwujudkan secara gotong-rorong sebagaimana budaya kita.
Mari coba kita bedah salah satu aspek visi bangsa ini untuk menuju Indonesia Emas 2045 maka perlu dilakukan yang namanya pembangunan manusia atau pengembangan sumber daya manusia. Ini menjadi hal yang sangat-sangat krusial dan untuk menuju negara yang maju pengembangan sumber daya manusia ini memiliki peranan penting dalam tubuh Indonesia Emas 2045. Pasalnya manusia merupakan pondasi, tonggak, dan juga penerus keberlanjutan kehidupan suatu bangsa akan dibawa kemana nantinya. Maka dengan demikian secara otomatis pengembangan manusia adalah kunci awal untuk membuka gerbang harapan terwujudnya sebuah negara maju, berdaulat, adil, dan makmur.
Melihat fonemena saat ini bonus demografi yang signifikan tentunya menjadi tantangan bahwa dengan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang lumayan besar apakah akan maksimal untuk melahirkan SDM yang berkualitas dan punya daya saing. Ketika kita bedah lebih jauh banyak faktor yang mempengaruhi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita di balik kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM) kita yang lumayan besar, dan faktor itu harusnya patut kita pertanyakan bersama apakah memiliki pengaruh baik bagi penerus bangsa ini atau bahkan sebaliknya. Maka untuk melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, pendidikan adalah motor untuk bergerak dalam rangka agar dapat menuju Indonesia yang di cita-citakan.
Kalau kita pernah melihat berbagai tayangan dimedia sosial miris rasanya mengetahui anak-anak sekarang untuk sekedar menjawab sebuah pertanyaan yang mungkin ditingkat itu seyogyanya dia mampu untuk menjawabnya namun fakta dilapangan berkata tidak. Dimulai dari siswa yang tidak bisa perkalian dan pembagian, tidak hafal dengan negara-negara di luar Indonesia, bahkan ada pula yang tidak hafal dengan pondasi negara kita tercinta yaitu Pancasila. Ini bukan perkara suka atau tidak suka, mampu atau tidak mampu, minat atau tidak minat, ataupun bakat tidak bakatnya seorang anak dalam hal-hal tersebut. Namun ini adalah kasus yang harus mendapatkan perhatian kusus, karena setidaknya mereka harus memiliki pondasi-pondasi awal untuk menjadi penunjang pengetahuan dikemudian hari. Pasalnya ibarat bangunan jika pondasinya saja tidak kuat maka bangunan di atasnya bisa dipertanyakan apakah layak dipakai ataukah tidak, sesederhana itu pengibaratannya namun lagi-lagi ini adalah tantangan bagi kita semua.
Kelajuan informasi teknologi yang berdanding terbalik dengan kebutuhan dan kondisi sosial-masyarakat kita menjadi salah satu faktor pula dalam kasus ini. Pasalnya dijumpai beberapa anak yang mengenyam pendidikan di sekolah dasar bahkan hingga di sekolah menengah baik menengah pertama maupun menengah atas kebanyakan gagap dengan ilmu pengetahuan yang sedang mereka timba di setiap jenjangnya. Harusnya di masa-masa itu adalah masa emas untuk pengembangan setiap individu anak. Akibat adanya penumpukan informasi digital ataupun media sosial menghambat hal-hal dasar yang seharusnya menjadi pondasi kuat untuk generasi penerus bangsa ini malah mengalami kemunduran secara perlahan. Anak-anak kecil sekarang lebih suka memegang gadged dan melihat hal-hal yang kurang mendukung ke arah perkembangan anak yang positif daripada memegang buku pengetahuan untuk membuka cakrawala pengetahuannya. Anak-anak kecil sekarang lebih pandai berjoget di depan gadget daripada menjawab soal matematika walaupun sekedar penjumlahan dan pengurangan.
Menjamurnya budaya yang tak mampu difilter dengan baik oleh sebagian anak-anak juga menjadi hal yang dirasa perlu untuk di perhatikan. Pasalnya banyak kabar yang beredar dari media sosial tentang banyak siswa yang kemudian kurang memahami bagaimana berakhlak dan beretika. Mungkin pembelajaran etika juga perlu ditanamkan kepada generasi bangsa sejak dini karena pembelajaran etika, moral ataupun etika dasar lainnya juga memiliki andil dalam baik buruknya seorang generasi bangsa dalam bersikap dan bertindak. Etika ini lah yang akan menjadi rambu pemberhentian bagi seseorang untuk bertindak lebih jauh diluar batas dan kewajaran sebagai manusia seharusnya.
Lagi-lagi ini bukan perbandingan antara generasi dulu dan generasi sekarang, ini bukan perkara suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, tapi ini perihal untuk mencapai impian yang mulia yaitu menjadi negara maju, berdaulat, adil dan makmur. Kita butuh evaluasi besar besaran terkait aspek pendidikan ataupun pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Jika berbicara sejarah, negara Jepang pasca bom di Hiroshima dan Nagasaki alih-alih mereka membangun infrastruktur untuk memperbaiki negaranya, mereka terlebih dahulu memperbaiki kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengumpulan sekitar 45.000 guru dan menekankan bahwa di tangan mereka akan terlahir penerus-penerus yang akan membangun kembali negara Jepang yang lebih maju dari sebelumnya. Ini adalah contoh bahwa pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan hal yang sangat penting dan krusial untuk benar-benar mendapatkan perhatian khusus disaat seperti ini, dimana lajunya informasi media sosial tidak mampu di tampung dan di filter dengan baik oleh generasi kita.
Ini tantangan kita semua, bukan satu atau dua orang maupun kelompok saja. Sebagai seorang pemuda, ini kritik bagaimana kita mampu menjawab untuk melahirkan generasi emas dengan pendekatan pendidikan baik pendidikan formal, pendidikan etika, pendidikan moral maupun pendidikan lainnya agar generasi penerus bangsa mampu dan siap melanjutkan wacana dan impian pejuang-pejuang bangsa ini yang telah gugur demi terbentuknya sebuah negara merah putih yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh : Alvin
Posting Komentar