59 TAHUN IMM : DERAP LANGKAH PERJUANGAN PADA MASA DIGITALISASI
Belum lama ini kita merasakan atmosfer media sosial, anak muda Indonesia khususnya kita sendiri termasuk sebagai golongan Mahasiswa Gen-Z. Dalam Narasi tersebut banyak membahas dan menarasikan “dark side” sisi gelap Organisasi Kemahasiswaan, baik Organ Intra Kampus seperti misal kalau di UIN Raden Fatah disebut HMPS, BSO, UKMK, DEMA-F, DEMA-U maupun Organ Ekstra Kampus seperti yang terdapat dalam lingkungan UIN Raden Fatah saat ini ada HMI, PMII, KAMMI dan juga IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) yang setiap Organ Kampus selalu menunjukan taring eksistensinya sebagai Organ Kampus Intra maupun Ekstra dalam wilayah Kampus Islam Negeri Raden Fatah bahkan Dunia.
Tanpa mendiskreditkan Organ Kampus manapun, sebenarnya masih banyak juga yang berminat dengan kegiatan Organ Kampus karena beberapa benefi-nya. Stereotype adanya anggapan bahwa Organ Kampus Ekstra dan Intra itu memiliki sistem dan perkaderan yang terlalu ribet, program kegiatan yang asal-asalan, tidak memiliki time management yang tersetruktur, tukang demo bahkan sampai menganggu waktu perkuliahan. Meskipun tidak di setiap Organ Kampus seperti itu tapi persepsi sejumlah besar Mahasiswa Gen-Z sekarang dalam mengamati Organ Kampus bisa dibilang telah bergeser. Organ Kampus dipandang kurang “seksi” atau sudah tidak lagi dilirik oleh sebagian Mahasiswa sekarang. Hal ini menjadi salah satu akar landasan mengapa sebagian Mahasiswa malas mengikutinya.
Pandangan yang demikian berbanding terbalik dengan kegiatan kemahasiswaan seperti intership, volunteer, program beasiswa, dan lain sejenisnya yang ditimbang memiliki benefit yang lebih dibanding Organ Kampus seperti yang saya sebutkan diatas. Contohnya mulai dari sistem birokrasi yang cenderung lebih sederhana dan lebih menjual karena kalau dipertimbangkan bisa jadi pengalaman kerja, skill dalam dunia kerja pun juga ikut terasah. Selain itu, networking juga lebih luas. Dan setelah lulus, conections yang luas dapat dipercaya membantu mencari kerja yang oke. ”Join di organisasi intership, volunteer, program beasiswa, dan lain sejenisnya, kaya internship/magang atau kerja part-time juga dirasa lebih menguntungkan karena seringkali mendapatkan kompensasi atau uang saku serta bisa juga jadi pengalaman kerja di Curriculum Vitae lo nanti.” SubhanAllah Dinda mudah sekali Ideologi mu kau robek kau patahkan dikarenakan selembar nota keuntungan personal, memperkaya diri sendiri.
Yai Dahlan pernah mengatakan begini “Hidup-Hidupilah Muhammadiyah tapi jangan menumpang Hidup di Muhammadiyah”, lalu rangkaian kalimat dari Yai Dahlan ini dinarasikan kembali oleh para suhu macan kampus untuk mengaktivasi mental kucing menjadi mental macan, yang mengatakan “Hidup-Hidupilah IMM, tapi jangan menumpang hidup disini Dinda.” Tidak hanya di IMM, namun kalau saya amati pun begitu serupa ketika saya lebih dahulu berproses dalam UKMK Tapak Suci Raden Fatah (Organ Kampus Intra), juga pada setiap Ortom Muhammadiyah yang menanamkan nilai ke ikhlasan hati. Bentuk loyalitas seperti mungkin juga dapat ditemukan pada Organ Kampus lainnya, hanya saja berbeda narasi dan Kaderisasi pada setiap Organ Kampus.
Ketika Mahasiswa di Kader untuk Ikhlas berproses lebih dahulu sebelum memetik hasil yang manis. Pada saat itu juga Mahasiswa mendapatkan pegangan ketika menghadapi dunia kerja tanpa melibatkan orang dalam. “Conections itu penting tapi Ideologi sehat tak dapat di tukar.” Sudah selayaknya seorang Mahasiswa sebagai agent of change, iron stock dan social control tidak dikader sebagai pengemis untuk mendapatkan relasi yang manis. Namun sebaik apapun Organ Kampus, pasti ada saja Mahasiswa yang tidak berminat bergabung bersamanya. Bahkan malaikat yang paling mulia pun tidak disukai oleh setan. Sebagai seorang Aktivis Kampus, siapalah kita yang mampu menghendaki semua kawan-kawan Mahasiswa sadar pentingnya proses “Derap Langkah Perjuangan” yang Ikhlas Lillahita’ala.
Kawan-Kawan pembaca, merespon yang menjadi keresahan kawan-kawan Mahasiswa Gen-Z, saya sebagai salah satu bagian representatif PC IMM Raden Fatah memanifestasikan tidak akan berhenti mengibarkan layar perjuangan, untuk Ikatan, Persyarikatan dan Ummat sebagaimana Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas dapat implemented pada setiap generasi. Semoga dengan tulisan ini sebagai jalan dakwah, dapat mempertahankan “Derap Langkah Perjuangan Pada Masa Digitalisasi” saat ini. Harimau mati meninggalkan belang, Immawan/ti lenyap meninggalkan tulisan. Ini bukan gagasan Narasi menuju Aksi, melainkan catatan Aksi yang Abadi dalam bait Narasi.
Billahi Fisabililhaq Fastabiqul Khairat
Abadi Perjuangan, Jayalah IMM !!!
Oleh : Aldekum Fatih Rajih (Sekretaris Bidang Kader, Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Raden Fatah)
Posting Komentar untuk "59 TAHUN IMM : DERAP LANGKAH PERJUANGAN PADA MASA DIGITALISASI"